
Jakarta, Sinar.co.id – PT Pertamina Hulu Energi (PHE) selaku Subholding Upstream Pertamina, telah mengimplementasikan strategi sinergi operasi dengan berbagai macam mekanisme untuk dapat meningkatkan produksi minyak dan gas bumi (migas).
Hal ini diungkapkan oleh Direktur Pengembangan dan Produksi PHE Awang Lazuardi pada Rabu (15/4).
“Salah satu strategi fundamental yang selama ini telah berjalan adalah kemitraan yang merupakan implementasi sinergi dengan berbagai macam mekanisme,” ujar Awang.
Mekanisme kemitraan yang pertama, yakni sharing participating interest (PI) di suatu wilayah kerja migas dengan mitra strategis dari sisi finansial dan teknologi.
Selain itu, PHE juga menerapkan kerja sama operasi (KSO) dan joint operating body (JOB).
Tak lupa, mekanisme pengelolaan sumur tua dengan landasan Peraturan Menteri ESDM Nomor 01 Tahun 2008 tentang Pedoman Pengusahaan Pertambangan Minyak Bumi pada Sumur Tua juga diterapkan.
Mekanisme selanjutnya untuk implementasi pengelolaan sumur idle, yakni dengan konsep kemitraan (kerja sama bisnis).
Strategi kemitraan yang diterapkan PHE memiliki dampak positif berupa transfer teknologi, ilmu pengetahuan serta pembagian risiko dengan mitra yang dapat memberikan dorongan untuk terus dapat berkembang untuk mengelola wilayah kerja hulu migas dengan menjunjung tinggi nilai keselamatan kerja.
“Dengan menjalankan strategi kemitraan, diharapkan kami dapat selalu berkonsolidasi untuk meningkatkan produksi serta mendapatkan temuan sumber daya baru guna mendukung ketahanan energi nasional,” ujar Awang.
Produksi minyak dan gas bumi domestik PHE mengalami peningkatan selama periode beberapa tahun terakhir.
Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir sejak 2020 hingga 2023 pertumbuhan produksi migas domestik mengalami peningkatan sebesar 1,45 persen.
Hingga Agustus 2023, PHE mencatat total produksi year to date (YTD) sebesar 1,04 MMBOEPD (juta barel minyak ekuivalen per hari).