Bondowoso, Sinar.co.id,– Gus Dho’il, begitu sapaan akrab pemuda 28 tahun yang merupakan seorang seniman ukir kayu dan besi asal dusun Krajan Timur, desa Karangmelok, kecamatan Tamanan, kabupaten Bondowoso.
Pemuda bernama lengkap Muhammad Fadho’il atau Gus Dho’il, merupakan seniman lulusan S1 Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar yang juga dikenal sebagai seniman ukir kayu dan besi yang telah digelutinya sejak beberapa tahun yang lalu.
Setelah menamatkan pendidikannya, Gus Dho’il mencoba peruntungan karirnya dengan mengabdi sebagai tenaga kontrak di salah satu Dinas lingkup Pemkab Bondowoso.
“Sekitar satu tahun setengah mengabdi sebagai tenaga kontrak, saya mencoba menerapkan hasil pendidikan saya utamanya dalam seni ukir,” katanya.
Rekam jejak Seniman Ukir Kayu dan Besi Gus Dho’il
Setelah genap 2 tahun barulah Gus Dho’il memutuskan resign sebagai tenaga kontrak dan memilih mendalami dunia seni ukir yang memang merupakan basic pendidikannya di ISI Denpasar.
Terpantau, setiap hari Gus Dho’il melakukan aktifitasnya mengukir kayu dan besi berbagai prabot dan pernak pernik pesanan orang dari berbagai kalangan.
“Produk seni ukir yang banyak saya kerjakan dari mulai sandangan keris, tombak, asesoris seperti, liontin, cincin petung-patung dan sebagainya yang intinya beragam pesanan orang,” jelasnya.
Tak hanya mahir dalam seni ukir kayu, Gus Dho’il juga tampak mahir dalam bidang sini ukir besi seperti memahat ornamen ricijan keris tombak dan atribut ricikan jenis tosan aji lainnya.
Diketahui, karya – karya gus Dho’il menjadi pembeda tersendiri dibanding karya seniman yang lain karena menerapkan filosofi “Bhur Bhuvah Suvah” sebelum memulai menggarap karyanya.
“Bhur Bhuvah Suvah ini, merupakan bahasa jawa kuno dan dominan teradopsi masyarakat di Bali yang memiliki arti, Bhur berarti tubuh fisik atau alam fisik, Bhuvah bermakna kekuatan hidup atau alam mental dan Suvah ialah, alam jiwa atau spiritual,” tuturnya.
Gus Dho’il menjabarkan, harus menyingkronkan 3 alam tersebut ke dalam sebuah cipta karya dan karsa agar, menghasilkan sebuah karya cipta yang tidak menjadi pemicu kerusakan bumi dan alam semesta.
“Namun tidak menutup kemungkinan, saya juga melayani sesuai permintaan para pelanggan yang sudah memiliki konsep sendiri dalam benaknya,” tukas Gus Dho’il.
Diketahui, selama kurang lebih 2 tahunan Gus Dho’il berprofesi sebagai seniman, karyanya sudah terpantau ribuan karakter yang pemasarannya mulai dari lokal, luar daerah dan bahkan tak jarang dirinya mendapat pesanan dari manca negara.