Bondowoso, Sinar.co.id,- Geosite Kaldera ljen Purba merupakan cikal bakal lahirnya 22 anak gunung di pegunungan ijen termasuk si bungsu wisata alam Kawah Ijen.
Baca Juga: Apa Sih Ijen Geopark itu, ?
Hingga, legenda tumpahan darah pertarungan Minak Jinggo melawan Damar Wulan.
Hal ini dibuka gamblang dalam trip media Geotrip Komunitas Ijen Geopark di sejumlah Geosite Ijen Gepark oleh Disparbudpora Bondowoso pada Rabu, (11/10).
Geosite Kaldera ljen Purba bentang alam sisa “remnant morfologi” dari proses letusan Gunung api ljen Tua/ Purba yang mengalami letusan “eskplosif” dahsyat.
Baca Juga: Media Trip Mengenal Kopi Bondowoso dan Penangkaran Luwak
Dimana, eskplosif yang melontarkan material gunung api berukuran abu, lapili, block dan proses terbentuknya terjadi pada Kisaran waktu 100 ribu hingga 300 ribu tahun yang silam.
Letusan hingga amblesan
Ketika material gunung api tersebut, dimuntahkan, terjadi kekosongan rongga dan mengalami amblesan.
Baca Juga: Akhirnya Bondowoso Resmi Terima Sertifikat UGG Periode 2023-2026
Selain itu proses erosi dan longsor juga menyebabkan area cekungan Kaldera menjadi bertambah luas.
Dari pengamatan citra topografi terkini, dapat dilihat area Kaldera ljen Purba seluas 220 Km2 dengan diameter antara 15-20 Km.
Baca Juga: Fenomena Menawan Geosite Kalipait Bondowoso
Diperkirakan puncak gunung ljen Purba memiliki ketinggian 3500 mdpl karena, bentuk kaldera yang relative oval menandakan letusan besar lebih dari 1 kali.
Baca Juga: Kawasan Ijen Geopark, Bukan Milik Banyuwangi Maupun Bondowoso
Adapun volume material muntahan letusan Ijen Purba diperkirakan mencapai 70 km3.
Sumber SRTM
Berdasarkan pengamatan rona citra SRTM Shuttle Radar Topography Mission (SRTM) terlihat jelas sebaran material letusan ke arah utara yang tidak terganggu oleh material produk letusan dari anak gunung api pasca kaldera.
Perkiraaan jarak dari pusat kaldera, muntahan material letusan mencapai kemiringan landai sejauh 27-30 KM ke arah barat laut, utara, timur laut sampai ke Situbondo.
Jejak endapan letusan Gunung api ljen Purba yang merupakan material endapan aliran piroklastik, representasi tempat dijadikan situs Geologi Taman Batu Soon Solor.
Pengenalan istilah “Ignimbrit” dikenalkan pertama kali oleh Patrick Marshall geologist New Zealand.
Dimana, Ignimbrit secara proses pembentukan batuan letusan yang artinya igni (api) dan imbri (hujan) yang terbentuk karena hasil letusan besar gunung api.
Kawasan “jejak” endapan material letusan Gunung ljen Purba yang tersingkap menjadi daya tarik tersendiri untuk dipelajari.
Sejarah letusan gunung ljen Purba baik fase, material yang dimuntahkan, jejak umur, maupun bentukan bentang alam yang membentuk taman bebatuan bersusun.
Sehingga, dinamakan Batu Soon yang terletak di lereng utara gunung api ljen Purba.
Kawasan Kaldera ljen Purba mengalami proses geologi sangat kompleks dan memiliki kekhasan geologi yang menjadi daya tarik tersendiri.
Baik dari sisi penelitian di bidang gunung api, pemanfaatan potensi energi ramah lingkungan, pemanfaatan lahan untuk perkebunan kopi maupun, keindahannya sebagai obyek tujuan wisata yang terkenal dengan kawah terasam dan pesona blue firenya.
Kaldera ljen Purba Lahirkan Si Bungsu Kawah Ijen Hingga, Legenda Darah Minak Jinggo
Kemunculan anak gunung api pasca kaldera tidak lebih dari 50 ribu tahun yang lalu, setelah pada fase non aktif pada kurun waktu antara 50 ribu – 100 ribu tahun yang lalu.
Dimana pada seaat itu sempat terbentuk danau vulkanik yang ditunjukkan dengan jejak endapan danau di bagian topografi paling rendah berupa lembah yaitu, di sekitar Blawan.
Aktivitas tektonik yang membentuk patahan, yang membelah kaldera ljen Purba yang ditandai dengan adanya air terjun Blawan.
Aktivitas tektonik tersebut, juga menjadi penyebab aktifnya kegunuapian di Kaldera ljen Purba sehingga memunculkan anak gunung api pasca Kaldera sebanyak 22 gunung api.
Berdasarkan dating radioaktif baik dari K/Ar dari mineral batuan beku yang dihasilkan oleh aktifitas gunung api, maupun dating Karbon aktif.
“Charcoal” dari sisa vegetasi yang tertanam bersama material endapan dari aktifitas gunung api pasca kaldera.
Diketahui, Gunung Blau terdating 50.000 tahun yang lalu merupakan “anak sulung” sedangkan gunung Ijen merupakan “anak bungsu” yang terdating aktif 6000 tahun yang lalu dan saat ini masih aktif.
Disampaikan oleh pemateri Ijen Geopark, Kaldera Ijen Purba tidak hanya fenomena melahirkan 22 anak gunung.
Legenda Rakyat Bondowoso
Akan tetapi, juga memunculkan legenda turun temurun jika di kawasan tersebut merupakan tempat pertarungan tokoh legendaris Minak Jinggo melawan utusan Ratu Kencana Wungu yakni Damar Wulan.
“Ceritanya dulu Minak Jinggo bertarung melawan Damar Wulan dan dari bentangan kaldera Ijen Purba ini, diceritakan sebagaintumpahan darah dari pertarungan kedua tokoh tersebut,” kata pemateri.
Pemateri juga menjelaskan jika senjata pusaka berupa gada milik Minak Jinggo terlempar ke sisi utara Kaldera dan akhirnya saat ini membentuk patahan Kaldera Ijen Purba.