Banyaknya fenomena ganjil, di areal wisata pantai watu ulo dan payangan, Kabupaten Jember, memang masih mengundang penasaran di benak kita.
Selain kontur arealnya yang memang memukau, wisata pantai selatan khususnya Payangan dan watu ulo, menjadi tantangan uji adrenalin bagi setiap pelaku supranatural.
Namun demikian, benarkah areal tempat yang satu ini memiliki penguasa astral ?
Yuk check it out dan simak lengkapnya….
Banyaknya fenomena ganjil, utamanya hingga berakhir musibah di pantai payangan dan watu ulo.
Hal ini tidak terlepas dari kelalaian segenap pengunjung yang rata-rata menghiraukan rambu-rambu di tempat wisata tersebut.
Selain memang ombak pantai selatan di kota Jember ini ganas, areal payangan, watu ulo hingga ke Puger memiliki kontur pantai yang berbatu.
Segingga memang sangat berbahaya dan diberlakukan bagi seluruh pengujung untuk tidak ko mendekati bibir pantai apalagi mandi.
Namun tak hanya itu saja, ternyata pantai payangan memiliki legenda juga cerita rakyat yang mengandung unsur astral dan cukup banyak versi.
Salah satunya, jika daerah pantai payangan dikuasai sosok astral bernama Hiyang Baruno.
Diceritakan oleh RB Hasan Suryadi salah satu tokoh sepuh di darah tersebut, singgasana Hiyang Baruno terletak di antara bukit Samboja dan bukit Seruni pantai payangan.
Menurut Ki. Suryadi sapaan akrabnya, Hiyang Baruno adalah salah satu pemimpin dari sembilan Hiyang yang ada dalam legenda pewayangan.
Dimana, Hiyang Baruno ini dihukum oleh sang hiyang wening turun kedunia dalam wujud seekor naga dan diyakini menghuni di Samudra Hindia tepatnya di Pantai Payangan.
“Baruno ini sesepunya Semar dan gurunya ratu pantai selatan atau yang akrab disebut nyi Roro Kidul,” katanya.
Ki. Suryadi menambahkan, keberadaan Hiyang Baruno inilah bagi sebagian pelaku supranatural dan spiritual tertarik melakukan laku di pantai payangan.
Saat ditanya adanya korban manusia yang meninggal saat melakukan ritual dan berwisata di payangan, Ki. Suryadi mengatakan hal itu kelalaiyan pengunjung.
“Memang menurut mitos, mereka yang mati di sini, dijadikan abdi atau prajurit di kerajaan Amarto Kahyangan milik Hiyang Baruno.
Namun demikian, beberapa musibah yang mencekam itu, bagi saya sebagai acuan bagi masyarakat untuk lebih waspada dan ikuti aturan yang ada,” pungkasnya.