Sinar.co.id – Desa Kasiyan berdiri pada Tahun 1923 dan konon nama Kasiyan berasal dari nama tokoh sesepuh yakni, Mbah Rondo Kasiyam.
Sampai sekarang makam Mbah Rondo Kasiyam masih dikeramatkan oleh warga Desa Kasiyan dan terletak di jalan wringintelu Dusun krajan RT. 001 RW. 001 Desa Kasiyan Kecamatan Puger.
Dahulu asal mula berdirinya Desa Kasiyan terbentuk pada masa Penjajahan Belanda dengan wilayah yang cukup luas.
Baca Juga: Wilhelmina Sumringah Saat Menonton Aduan Sapi di Bondowoso
Desa Kasiyan sendiri terdiri dari 2 (dua) dusun, antara lain Dusun Krajan dan Dusun Gadungan.
Nah kali ini kita akan ungkap salah satu cerita rakyat di Dusun Gadungan, yuks simak lengkapnya gays…..!!! check it out.
Selama bertahun-tahun warga di Dusun Gadungan, Desa Kasiyan, Kecamatan Puger, Kabupaten Jember hidup damai di kawasan pesisir laut selatan.
Mereka percaya jika kondisi tersebut tidak lepas dari campur tangan leluhur atau pembabat daerah bernama Mbah Gadungan.
Baca Juga: Misteri Nama Kota Bondowoso
Berada 10 kilometer dari Pantai Puger, Dusun Gadungan saat ini masih terlihat asri dengan adanya deretan pohon Jati serta warganya yang ramah dan tetap menjunjung tinggi adat istiadat juga budaya leluhur.
Kehidupan seperti ini, ternyata sudah dimulai oleh leluhur atau pembabat daerah sejak puluhan tahun yang silam.
Mereka diminta menjaga lingkungan dan menghormati leluhur yang melindungi desa sampai sekarang yakni, Mbah Gadungan.
Baca Juga: Ungkap Sejarah Bondowoso Kota Megalitikum
Tak sekedar mitos, keberadaan Mbah Gadungan yang dipercaya sebagai pendiri kampung bisa dilihat sampai sekarang.
Sebuah makam yang dikeramatkan di sudut desa dan menjadi tempat peristirahatan terakhir Mbah Gadungan.
Cerita tentang Mbah Gadungan yang berjuang membuka hutan hingga menjadi perkampungan yang terus lestari sampai sekarang.
Cerita Saksi Murid Mbah Tarsan
Diceritakan oleh Moh. Ali (alm) salah satu murid mbah Gadungan yang ceritanya diwariskan kepada anak cucunya jika, Mbah Gadungan adalah tokoh sakti dari luar jawa yang memiliki nama asli Tarsan atau mbah Tarsan.
Baca Juga: Begini Misteri Tirakat Ki Ronggo Hingga Membuahkan Tanggal Harjabo
Menurut salah satu putra Moh. Ali yakni, Riwanto, Mbah Gadungan yang dikenal memiliki kanuragan dan sakti itu, tidak hanya sekedar babat alas tetapi juga membangun peradaban di daerah tersebut.
Dikisahkan oleh Riwanto, dahulu kala Dusun Gadungan merupakan sebuah hutan blukar yang konon dikuasai mahluk astral berupa seekor Harimau yang ganas.
“Kala itu, hutan tersebut tidak dapat dijadikan pemukiman. Karena, setiap kali ada yang hendak membabat, pasti berakhir kematian yang tragis,” kata Riwanto yang sebelumnya mendapat cerita dari Moh. Ali semasa Hidup. Minggu, (02/06/2023).
Menurutnya, sesuai cerita dari Moh. Ali, banyak tokoh sakti yang berusaha menaklukkan Harimau / macan tersebut denga tujuan hutan tersebut dapat dijadikan pemukiman.
“Berbagai pusaka dan kesaktian dari deretan tokoh sakti itu sudah dikerahkan untuk menaklukkan macan yang ganas namun, tidak satupun dari mereka yang berhasil mengalahkan sang Macan,” bebernya.
Suatu ketika datanglah mbah Tarsan yang kala itu tidak sengaja datang ke tempat tersebut.
Saking lelahnya seharian berjalan, mbah Tarsan tertidur dibawah pohon besar nan rindang.
Pohon tersebut, tepat berada dibawah bukit. Dimana mbah Tarsan saat itu, tidak mengetahui jika bukit diatasnya dihuni oleh macan yang ganas.
Saat istirahat itulah, mbah tarsan diganggu oleh harimau ganas dengan erangan – erangan yang mengganggu istirahat mbah tarsan.
Sontak saja mbah Tarsan terbangun dengan raut emosi kepada sang macan.
Pertarungan Mbah Tarsan
Singkat cerita, terjadilah pertarungan sengit antara mbah Tarsan dan macan tersebut.
Berbagai ajian dikerahkan mbah Tarsan namun, Macan Ganas itu tak kunjung tumbang.
Hingga pada akhirnya, mbah Tarsan mengeluarkan sebilah keris patrem berdhapur Suro dengan ukuran sejengkal.
Konon, saat keris itu dibuka dari warangkanya, langsung bilahnya melesat dan menancap pada kaki harimau yang berakibat lumpuhnya seluruh kadigdayaan san Harimau.
“Sejak itulah sang harimau bertekuk lutut dihadapan mbah Tarsan dan berjanji untuk mengabdi pada mbah Tarsan,” kata Riwanto.
Usai ditaklukkan, Harimau itu tidak lantas diusir akan tetapi, justru diperintah oleh mbah Tarsan untuk menjaga desa dari berbagai mara bahaya.
Hingga sekarang, jika situasi genting, macan Gadungan atau macan jadi-jadian itu masih kerap menampakkan diri untuk memberi peringatan kepada warga jika akan datangnya bahaya.
Macan itu akan muncul dan menampakkan diri kepada penduduk sebagai pertanda akan datangnya petaka.
Sejak itulah, mbah Tarsan dengan pesat mendirika padukuhan dan padepokan dengan banyak masyarakat yang mengikutinya.
Karena kesaktian itulah perlahan, padepokan Mbah Tarsan cukup banyak pengikut yang juga nyantri kepadanya.
Bahkan, tidak sedikit dari murid Mbah Tarsan yang berlatar rampok, maling, dan pada akhirnya oleh beliau diarahlan para bandit tersebut untuk berbuat kebaikan.
Mbah Tarsanpun juga dikenal pernah melindungi daerah dan warganya dari agresi penjajah Belanda.
Kala itu tentara Belanda menyisir Desa Gadungan untuk membantai penduduk. Namun, saat memasuki desa, mereka justru kebingungan karena tak mendapati satupun penduduk atau rumah warga.
Padahal tentara itu lewat di depan perkampungan. Yang mereka lihat hanya hutan belantara. Mata mereka sudah ditutup oleh Mbah Gadungan,” cerita Rieanto.
Warga juga percaya jika Mbah Tarsan atau Mbah Gadungan masih melindungi mereka dari mara bahaya hingga saat ini.