Sinar.co.id,- George Birnie merupakan pria kelahiran Belanda yang berlayar dari Holland menuju Hindia Belanda. George Birnei menikah dengan wanita pribumi bernama Rabina.
Hal ini disampaikan dalam narasi yang terilease oleh Alfred berkelahiran tahun 1868 di Jember dan merupakan seorang penulis juga cucu dari William Birnei salah satu anak George Birnei.
Dari beberapa rangkuman narasi, Rabina istri George Birnei berasal dari Jawa Timur, anak perempuan dari pasangan suami istri Grimin dan Sayeh.
Tapi menurut ayahnya Rabina berasal dari Madura. Kemungkinan besar menurut analisa saya Rabina adalah orang Jawa Timur imigran dari Pulau Madura.
Masih menurut tulisan Alfred Rabina mungkin tinggal di ujung Pulau Jawa, tentang berasal dari kota mana masih belum jelas.
Menikahi wanita pribumi seperti Rabina adalah hal yang tidak biasa dilakukan pada masa itu.
Rabina mengaruniai suaminya itu dengan delapan orang anak. Untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran, anak-anak itu dikirim ke Belanda dan kemudian Rabina juga di-boyong George Birnie ke Belanda.
Di sana George Birnie memimpin perusahaan Birnie perusahaan milik keluarganya.
George Birnie kembali ke Jember pada tahun 1850 setelah dia mendapatkan hak erfpacht atau hak guna usaha dan mendirikan NV.
Landbouw Matscapay Out Djember (NV LMOD). LMOD mengalami kemajuan luar biasa George Birnei bahkan tercatat sebagai keluarga kaya pada saat itu.
George Birnie meninggal di Belanda, tidak ada kejelasan dimana Rabina meninggal. Tetapi menurut Alfred dia berharap Rabina kembali ke Hindia Belanda setelah suaminya meninggal.
Kilas George Birnei Bawa Tembakau
Usaha perkebunan tembakau Jember dimulai sekitar tahun 1830 bersama di daerah lain wilayah hindia belanda yang mengembangkan komoditi lain seperti kopi, tebu, karet dan nila.
Tokoh berkebangsaan Belanda bernama George Birnie menjadi pemrakarsa usaha tembakau di Jember dimana 21 Oktober 1859 bersama mathiesen dan van gennep mendirikan NV Landbouw Maarschapij Oud Djember ( LMOD )
Sejak adanya perubahan politik dan perekonomian Belanda yang memberi kesemptan pada Swasta untuk membangun usaha perkebunan.
Saat itu perusahaan perkebunan tembakau sangat cepat karena di dukung oleh undang-undang agrarian pada tahun 1870 yang memberikan kesempatan pengusaha menggunakan tanah dalam jangka waktu 75 tahun.
Saat itu komoditi perkebunan yang di pilih adalah yang memiliki nilai jual tinggi di pasar dunia.
Tembakau yang menjadi bahan cerutu menjadi produk yang di andalkan dari daerah Deli Sumatera Utara, Klaten Jawa Tengah dan Besuki Jawa Timur.
Keuntungan yang sangat besar dari ekspor tembakau menjadi usaha ini semakin berkembang dan membawa dampak pada pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat di daerah – daerah tersebut.
Selain pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat, usaha tembakau juga berdampak pada perkembangan demografi dan kultur.
Dalam hal ini jember yang sebelumnya merupakan distrik bagian dari kota bondowoso, berkembang menjadi regentschap yang terpisah dari Bondowoso pada tahun 1883.
Berbagai sarana dan infrastruktur dibangun di Jember untuk kepentingan usaha tembakau. Sehingga Jember menjadi daerah paling maju pembangunannya dan menjadi ibu kota karisidenan Besuki yang meliputi kabupaten Jember, Banyuwangi, Bondowoso dan Situbondo.
Setelah Indonesia merdeka perusahaan – perusahaan milik Belanda di nasionalisasi berdasarkan uandang – undang no.86 th 1958.
Selanjutnya berdasarkan peraturan pemerintah no.4 th 1959 di tentukan perusahaan – perusahaan tembakau milik Belanda yang di Nasionalisasi.
perusahaan – perusahaan tersebut adalah : 1) NV . Landbouw Maarschapij Oud Djember di adjhong , gambirono, kertosari , west djember , Oost djember, nangkaan ;
2) besoeki tabaks Maarschapij (BTM) di mojo , sumber jeruk dan tamanan ; 3)NV . cultuur Maarschapij Djelboek di jelbuk soekokerto jember ; 4) NV. Lanbouw Maarschapij Soekowono (SKM) di sukowono.
Perusahaan ex belanda ini berubah menjadi perusahaan perkebunan Negara (PPN) . Beberapa tahun kemudian perusahaan mengalami pembedahan , hingga tahun 1972 menjadi ptp XXVII dan pada tahun 1996 menjadi PT Perkebunan Nusantara X (PTPX) hingga sekarang .
Sementara itu pada awal tahun 1696an, perkembangan usaha tembakau Jember sangat bagus sehingga, suasana perdagangan tembakau cukup marak.
Banyak pemodal lokal baik dari Jember maupun dari luar kota mendirikan perusahaan tembakau.
Namun selanjutnya pada tahun 1970 mulai dirasakan adanya kemunduran pada usaha tembakau, banyak perusahaan yang tidak kuat bertahan menjadi gulung tikar . setelah mengalami masa pasang surut, sekarang terdapat 18 eksportir.
Keberadaan usaha tembakau bukan hanya merupakan suatu bisnis dan budidaya tanaman.
Usaha tembakau merupakan lahan keterlibatan sejumlah besar tenaga kerja.
Selain itu juga memberi dampak multiply effect dan mencakup sendi- sendi kehidupan masyarakat seperti, jasa transportasi, pedagang kaki lima dan lainnya.