Scroll untuk membaca artikel
PeristiwaDaerah

Dentuman di Sumenep, Termitos Suara Penempaan Keris Mentah

134
×

Dentuman di Sumenep, Termitos Suara Penempaan Keris Mentah

Sebarkan artikel ini
Dentuman di Sumenep, Termitos Suara Penempaan Keris Mentah
Kehebohan Dentuman menjadi tontonan warga Kecamatan Lenteng Kab. Sumenep
Dentuman di Sumenep, Termitos Suara Penempaan Keris Mentah
Kehebohan Dentuman menjadi tontonan warga Kecamatan Lenteng Kab. Sumenep

Sumenep, Sinar.co.id –  Masih belum dapat dipastikan adanya fenomena alam berupa dentuman mirip suara meriam yang dipicu berkali-kali, di Dusun Tengah, Rt. 07/02, Desa Moncek Tengah, Kecamatan Lenteng, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, pada Sabtu, (12/8) sekira jam 09.00 WIB hingga pukul 11.00 WIB.

Klick Juga Tautan Video Fenomena Alam Sumenep di Bawah 👇

Dentuman di Sumenep, Termitos Suara Penempaan Keris Mentah

https://vt.tiktok.com/Video Dentuman di Kecamatan Lenteng

Diketahui, tidak hanya bunyi seperti tumbukan dari bawa tanah, bunyi itu juga disertai getaran yang diduga pusatnya berada di bawah 5 rumah dalam areal setempat.

Baca Juga :   PWI Bondowoso, Harapkan Wartawan Kompeten Tetap Pegang Etik Jurnalis

https://www.facebook.com/video/reel/dentuman/sumenep/

Suara dan getaran tersebut, terdengar dan dirasakan oleh warga hingga sekitar 10 hari.

Lantaran warga risau sekaligus mencegah jatuhnya korban, polisi mengungsikan lima kepala keluarga (KK) di Desa Moncek Tengah, Kecamatan Lenteng, Sumenep.

“Makanya rumah warga disini yang begitu merasakan peristiwa ini langsung mengungsi,” ujar Kepala Seksi Humas Polres Sumenep AKP Widiarti dikutip CNN.

Namun dikethui, hingga kabar ini terbit, suara dentuman tersebut sudah berangsur menghilang.

“Ini akan mempersulit penelitian. Jika suaranya sudah menghilang maka penelitian tidak se maksimal saat suara masih ada. Namun yang terpenting, semoga tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan,” kata Santo, salah satu warga setempat.

Santo mengatakan, daerah Lenteng ini terkenal dengan gudangnya penghasil keris mentahan atau kodokan. Dimana Kodokan tersebut disempurnakan menjadi keris utuh di Aeng Tong-Tong.

Jaman dulu, jika pande-pande atau mpu sedang menempa kodokan, bunyinya lebih keras dari dentuman dari dalam tanah ini. Bisa jadi, dentuman ini isyarat dari leluhur untuk kita lebih mendekatkan diri pada sang pencipta,” pungkasnya.

Sebagai referensi, dentuman yang sama pernah terjadi di Ponorogo dan Trenggalek sekitar 2011 silam. Dilansir dari berbagai sumber, bahkan dentuman tersebut lebih keras dari yang sekarang terjadi di Sumenep.

Ikuti update berita terbaru di Google News sinar.co.id


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You cannot copy content of this page