Scroll untuk membaca artikel
Tradisional

Buah Maja: Dari Simbol Kutukan Jadi Minuman Sehat Karya Warga Bondowoso

Redaksi
661
×

Buah Maja: Dari Simbol Kutukan Jadi Minuman Sehat Karya Warga Bondowoso

Sebarkan artikel ini
buah maja
Muhdar, saat menunjukkan Buah Maja dan hasil fermentasi herbalnya (29/10)

Bondowoso, sinar.co.id,- Buah maja selama ini dikenal sebagai buah beracun dan sering dihindari masyarakat karena rasanya yang sangat pahit. Namun, di tangan kreatif Muhdar (55), warga Desa Koncer Kidul, Kecamatan Tenggarang, Kabupaten Bondowoso, buah yang kerap dianggap tak berguna itu justru disulap menjadi minuman herbal berkhasiat bernama Sari Buah Maja.

Ide itu bermula ketika Muhdar menonton unggahan di media sosial TikTok yang menampilkan cara mengolah buah maja menjadi minuman. Rasa ingin tahunya tumbuh karena selama ini ia tahu buah maja hanya jadi “penghuni tetap” di sawah dan kebun yang dibiarkan membusuk begitu saja.

Saya penasaran, karena selama ini buah maja tidak ada yang berani makan. Setelah saya coba olah dan konsumsi sendiri, ternyata badan terasa lebih segar dan ringan,” ujar Muhdar saat ditemui di rumahnya, Rabu (29/10/2025).

Muhdar sendiri merupakan penderita kadar gula dan kolesterol tinggi. Setelah rutin mengonsumsi hasil olahannya, ia merasakan perubahan positif pada tubuhnya. Awalnya, minuman itu dibuat untuk konsumsi pribadi, namun karena banyak buah maja di sekitar rumah yang terbuang, ia mulai membagikannya kepada tetangga.

Baca Juga :   Manfaat Bawang Putih di Musim Pancaroba

Respon masyarakat pun mengejutkan. “Banyak yang bilang setelah minum badan terasa enteng dan pencernaan lebih lancar,” tutur Muhdar tersenyum. Kini, ia memproduksi minuman itu lebih banyak dan menjualnya dengan harga Rp 25.000 per botol ukuran 500 ml.

Fermentasi Alami, Tanpa Campuran Gula

Proses pembuatan Sari Buah Maja dilakukan secara sederhana namun memerlukan ketelatenan tinggi. Untuk mendapatkan 100 ml sari, diperlukan satu buah maja utuh. Proses fermentasi dilakukan alami selama tujuh hari tanpa tambahan air atau gula. Setelah itu, sari diperas, direbus hingga muncul busa (yang dibuang), lalu disaring dan didinginkan.

Ketika direbus keluar busa, itu dibuang. Setelah disaring bisa diminum hangat atau dingin,” jelasnya.

Menariknya, warga sekitar punya selera berbeda. Ada yang menyukai rasa hangatnya karena lebih menenangkan, ada pula yang memilih versi dingin dengan rasa khas fermentasi yang menyegarkan.

Baca Juga :   Dari Kalong Wesi Hingga Tokoh Parpol di Pesarean Imogiri

Kandungan dan Khasiat Buah Maja Menurut Kajian Ilmiah

Secara ilmiah, buah maja (Aegle marmelos) atau dikenal juga sebagai bael fruit di India, telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional Asia Selatan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bagian daging buah, kulit, hingga daunnya mengandung senyawa bioaktif seperti:

Tanin dan flavonoid, yang berfungsi sebagai antioksidan untuk melawan radikal bebas.

Alkaloid dan saponin, yang berpotensi menurunkan kadar gula darah dan kolesterol.

Pektin dan serat alami, baik untuk kesehatan pencernaan serta membantu mengatasi gangguan lambung.

Asam ferulat dan marmelosin, yang terbukti memiliki efek antiinflamasi dan hepatoprotektif (melindungi hati).

Dalam jurnal Phytomedicine Research (2023), ekstrak buah maja disebut memiliki potensi besar sebagai bahan minuman fungsional alami yang aman jika melalui proses fermentasi dan pemanasan yang tepat—seperti yang dilakukan oleh Muhdar.

Baca Juga :   Seniman Ukir Bondowoso Terapkan Filosofi Bhur Bhuvah Suvah

Dari Desa ke Potensi Ekonomi Herbal

Kini, Sari Buah Maja mulai dikenal di lingkungan sekitar Bondowoso. Meskipun pemasarannya masih terbatas pada teman dan tetangga, potensi pengembangannya cukup besar. Produk ini bisa menjadi ikon minuman herbal lokal jika mendapat pendampingan dan sertifikasi pangan.

Kalau nanti ada pelatihan atau bantuan alat produksi, saya ingin buat kemasan lebih bagus dan bisa dipasarkan lebih luas,” harap Muhdar.

Dari Racun Jadi Ramuan

Buah yang dahulu dianggap sebagai “buah kutukan” dalam legenda Majapahit itu, kini justru menjadi simbol perubahan – dari sesuatu yang beracun menjadi sumber kesehatan.

Kisah Muhdar membuktikan bahwa inovasi bisa lahir dari hal-hal sederhana di sekitar kita, asalkan mau mencoba dan belajar.

Kalau tahu cara mengolahnya, yang tadinya berbahaya bisa jadi obat,” pungkas Muhdar.

tiktok.com/@sinar.co.id

 

Ikuti juga update berita terbaru sinar.co.id di Google News

Bergabung di saluran berita sinar.co.id di saluran WhatsApp