Scroll untuk membaca artikel
DaerahTradisional

Budaya Nyonteng Kolbuk dan Legenda Ji Songot desa Sumber Wringin

Redaksi
530
×

Budaya Nyonteng Kolbuk dan Legenda Ji Songot desa Sumber Wringin

Sebarkan artikel ini
nyonteng
Ritual nyonteng kolbuk dilaksanakan ba'da subuh (23/07)

Bondowoso, sinar.co.id,- Budaya Nyonteng Kolbuk di area mata air wisata Teduh Glamping, desa Sumber Wringin, kecamatan Sumber Wringin digelar sebagai manifestasi wujud rasa syukur kepada sang pencipta sekaligus penanda dikukuhkannya desa Sumber Wringin sebagai desa budaya🏷️ ke 8 di Kabupaten Bondowoso.🏷️

Asal Usul Budaya Nyonteng Hingga Legenda Ji Songot

Disampaikan Kepala Desa Sumber Wringin, Dedy Hendriyanto, Nyonteng Kolbuk ini bahasa madura yang artinya selamatan mata air. Dimana, ritual budaya Nyonteng Kolbuk ini diawali dari penyembelihan kambing jantan yang kepalanya di tanam di dekat sumber mata air.

“Badan kambingnya harus dimasak oleh kaum pria karena dipercaya jika yang memasak kaum wanita, akan menjadi masakan yang tidak enak,” ujarnya pada Rabu, (23/07/2025).

Dedy Hendriyanto menyebut kepercayaan ini dari cerita turun – temurun yang dimanifestasikan mengingat, penemu awal sumber ini merupakan seorang pria tokoh masyarakat sekaligus pendekar dengan julukan Ji Songot.🏷️

Baca Juga :   Tanpa Kesampingkan Pelayanan, RSUD dr. Koesnadi Gelar Serangkaian Giat HUT RI

“Dimasak oleh kaum pria mengingat Ji Songot ini, merupakan sosok seorang pria perjaka hingga akhir hayatnya,” katanya menceritakan legenda sumber mata air di area wisata Teduh Glamping.

Dedy menceritakan legenda Ji Songot sendiri, adalah salah satu tokoh yang pemberani melawan penjajah di masa lampau, yang dipercaya memiliki karomah khusus hingga, ditokohkan oleh masyarakat khususnya dari kelebihannya sebagai pendekar.

Untuk pembabat awal desa Sumber Wringi ini menurutnya, adalah Ji Jenggolo yang kemudian terbentuk menjadi sebuah desa dengan kepala desa pertamanya seorang wanita bernama Nyai Ndari.

“Nah Ji Songot ini merupakan penerus dari Nyai Ndari yang kemudian, hingga menemukan sumber mata air di sini serta, dinamakan Kolbuk oleh masyarakat yang artinya menyemburnya air seperti muntahan dari bawah ke atas,” jelasnya

Baca Juga :   Media Trip Mengenal Kopi Bondowoso dan Penangkaran Luwak

Menurutnya, pernah ritual kepercayaan ini tidak dilakukan dan berdampak pada mata air yang volumenya makin mengecil sehingga, petani khususnya di desa Sumber Wringin ini, mengalami kesulitan dalam mengairi lahan pertaniannya.

“Akibat dari kecilnya volume air untuk lahan pertanian itu sehingga, seringnya terjadi antar petani itu bentrok karena berebut air,” katanya.

Masih kades Sumber Wringin, acara nyonteng kolbuk ini, rutin dilaksanakan setiap tahun di bulan Suro. “Air di sini tidak pernah mengalami penurunan volume kalau selamatan itu rutin dilakukan. Ji Songot ini adalah penemu awal dari mata air di sini,” tutupnya.

Baca Juga :   Polres Probolinggo Distribusikan Air Bersih ke Wilayah Terdampak Kekeringan

Sementara, Camat Sumber Wringin Probo Nugroho menyebut jika, pihaknya berkomitmen untuk mengawal terus pencanangan desa budaya ini dari sebelum hingga setelahnya untuk lestarinya kebudayaan lokal.

“Budaya nyonteng kolbuk ini memang jadi ikon wisata budaya di Sumber Wringin. Kami pihak kecamatan akan suport full dalam artian, sesuai tugas pokok dan fungsi kami sebagai pemerintah tingkat kecamatan,” ungkapnya.

Ia mencontohkan tusi diantaranya, dalam penyelenggaraan dana desa yang tugasnya melakukan monitoring dan evaluasi.

“Dalam beragam kegiatan khususnya yang menyentuh langsung pada masyarakat yang pastinya, kita harapkan desa itu menjadi lebih baik lagi ke depannya,” tutup Probo Nugroho.

tiktok.com/@sinar.co.id

 

Ikuti juga update berita terbaru sinar.co.id di Google News

Bergabung di saluran berita sinar.co.id di saluran WhatsApp