Bondowoso, sinar.co.id,- Ketua Pecinta Tosan Aji (Pataji) Mpu Arum Bondowoso, 🏷️ angkat bicara di tengah ramainya kontroversi pencanangan Hari Keris Nasional (HKN) pada 19 April yang dinilainya terlalu prematur dan syarat akan kepentingan.
Ketua Pataji Mpu Arum, Muhammad Azis , 🏷️yang juga sebagai pengrajin tosan aji modern ini menyebut jika, langkah pemirintah untuk mencanangkan atau menetapkan hari keris Nasional merupakan langkah baik dalam upaya melestarikan dunia perkerisan di Indonesia.
Kontroversi Penolakan 19 Jadi Tanggal HKN
“Langkah kebijakan tersebut tentu kami dukung dengan sepenuh hati. Namun, yang menjadi persoalan adalah penetapan tanggalnya 19 yang memang menuai kontroverai penolakan hampir dari seluruh pegiat tosan aji di Nusantara ini,” jelasnya.
Mohammad Azis yang diketahui sudah puluhan tahun menggeluti dunia tosan aji di Bondowoso, sebenarnya tidak terlalu memikirkan masalah pencanangan HKN namun, ketika dominan kalangan seprovesinya menolak tanggal 19 tersebut ia pun juga sefrekuensi menolak.
“Sebagai pecinta, pengrajin sekaligus pedagang tosan aji, puluhan tahun berlalu tanpa perhatian pemerintah, yang saya geluti hanya bagaimana perputaran ekonomi di dunia tosan aji ini bisa lebih meningkat,” ujarnya.
Dimana menurutnya, perhatian pemerintah itu bukan hanya dari aspek pencanangan HKN namun, bagaimana dapat memperluas jangkauan pasar peminat agar karya pengrajin utamanya tosan aji mendapat tempat di pasar Nasional dan Internasional sehingga mampu meningkatkan perputaran ekonomi rakyat dari sisi tosan aji.
“Selama ini, banyak transaksi tosan aji yang dominan hanya antar sesama pedagang saja sementara, minat kolektor sangat terbatas sekali. Bahkan, perkumpulan-perkumpulan seprovesipun saat ini hampir rata mengeluhkan pemasaran yang mulai menurun,” ujarnya.
Langkah membuka peluang pasar selama ini yang saya ketahui, bukanlah inisiasi dari pemerintah melainkan memang kemampuan dari pegiat tosan aji sendiri.
“Baik pemasaran di shop online maupun person to person melalui sentra komunitas, itu kan bukan instruksi pemerintah melainkan kita sendiri yang berupaya. Disinilah sebenarnya peran pemerintah untuk berinovasi menciptakan pasar baru, bukan hanya sekedar gelar seremoni dan pencitraan belaka seperti yang sudah-sudah,” harapnya.
Ia juga berharap agar pemerintah bisa mperhatikan pegiat tosan aji utamanya dalam peningkatan kesejahteraan yang merata terhadap pegiat tosan aji utamanya pengrajin dan dunia pemasaran.
Kalau urusan penetapan HKN dirinya mendukung ditetapkan pada tanggal 25 November sesuai pengakuan Unesco.
“Selain memeliki dasar yang kuat, angka 25 ini bagi orang jawa memiliki penyebutan slawe yang memang menjadi angka beda dan skral,” tukasnya.












