SINAR.CO.ID Fenomena alam berupa gerhana bulan yang bertepatan dengan bulan Maulid awal (Rabiul Awal) tidak hanya disorot dari sisi ilmiah, tetapi juga memiliki makna mendalam dalam pandangan primbon Jawa.
Hal ini disampaikan oleh tokoh spiritual dan pemerhati primbon Jawa, Moh. Irsyan atau akrab disapa Ki Rangsang, saat dimintai keterangan, Minggu, (7/9/2025).
Fenomena Gerhana Bulan di Bulan Maulid
Diketahui, fenomena Gerhana Bulan Total atau dikenal juga sebagai Blood Moon terjadi pada Minggu malam, 7 September 2025 hingga Senin dini hari, 8 September 2025, atau pada malam 14 Minggu Pahing Rabiul Awal 1447 H hingga Senin Pon dini hari 15 Rabiul Awal 1447 H.
Menurut Ki Rangsang, gerhana bulan di bulan Maulid awal membawa pesan gaib bagi kehidupan manusia, khususnya masyarakat Jawa yang masih menjaga kearifan leluhur.
“Gerhana di bulan ini sering dihubungkan dengan tanda perubahan besar dalam kepemimpinan dan kehidupan sosial, sekaligus menjadi peringatan agar manusia lebih mawas diri,” ujarnya.
Ia menambahkan, dalam primbon Jawa diyakini bahwa fenomena langit tersebut dapat memberi dampak berbeda bagi masyarakat.
Bagi pemimpin atau pemerintah, gerhana bulan ini kerap ditafsirkan sebagai isyarat adanya pergeseran kebijakan atau bahkan pergantian kepemimpinan.
Bagi rakyat kecil, ini bisa menjadi tanda adanya ujian dalam hal rezeki dan kesehatan, namun tetap berpotensi berubah menjadi berkah bila dihadapi dengan sabar.
Bagi individu yang lahir di bulan Maulid, gerhana bulan dapat membawa cobaan yang justru meninggikan derajat bila mampu dijalani dengan ikhlas.
Sebagai laku untuk menolak bala, Ki Rangsang menganjurkan masyarakat melakukan shalat gerhana (khusuf), memperbanyak sedekah, serta membaca doa keselamatan.
“Tirakat sederhana itu bukan sekadar tradisi, tapi juga bentuk ikhtiar lahir dan batin. Leluhur Jawa selalu menekankan keseimbangan antara usaha, doa, dan kepedulian sosial,” jelasnya.
Ki Rangsang juga berpesan agar masyarakat tidak memandang gerhana semata-mata sebagai musibah. Gerhana bulan di bulan Maulid awal sesungguhnya adalah tanda kasih Tuhan, peringatan agar kita lebih berhati-hati, menjaga laku, dan memperkuat iman.
“Bila kita menghadapinya dengan doa dan amal baik, maka yang datang bukan bencana, melainkan keselamatan,” tuturnya.
Sementara dari salah satu keterangan yang tertulis dalam catatatan aksara arab gundul, dijelaskan bahwa, “apabila ada gerhana bulan atau matahari di bulan Rabiul Awal maka, akan ada banyak orang besar mendapat musibah atau kesukaran.
Dengan bersedekah kepada fakir miskin, rakyat kecil mendapat keluasan atau bersuka cita”.
Fenomena gerhana bulan ini, menurut primbon Jawa, menjadi pengingat bahwa peristiwa langit selalu sejalan dengan kehidupan manusia. Pesan leluhur tetap relevan: eling lan waspada atau selalu ingat kepada Tuhan dan waspada terhadap langkah hidup.












